Senin, 20 Oktober 2008

Ironi

Karena di rumah lagi gak ada asisten dan saya gak sempet masak, jadinya kalo malem kami beli makan di luar. Beberapa hari yang lalu, kami makan malam di warung tenda nasi uduk empal mang Adung di kawasan Pasar Lama, Serang.
Nasi uduknya gurih, empalnya juga empuk, seporsi nasi uduk empal plus emping harganya Rp. 12.000. Lumayan lah ...

Selesai makan, pas mau pulang, saya berpapasan dengan seorang ibu plus 2 anaknya yang baru saja masuk ke warung. Oalaah ... ternyata dia teman saya waktu SD dulu di SDN IX Serang. Namanya Iroh Junairoh. Dia bersama suaminya adalah seorang pengusaha yang terbilang sukses. Pertemuan saya dengan Iroh sebetulnya terjadi 1,5 tahun yang lalu. Waktu itu gak sengaja, pas saya lagi belanja ke pasar Rau Trade Centre, saya melewati sebuah toko kosmetik yang besar dan ramee banget. begitu saya tengok boss toko itu ternyata Iroh temen dekat saya waktu SD yang sudah putus kontak selama hampir 24 tahun !.

Senang rasanya bertemu kembali dengan teman lama, apalagi teman kita sudah berhasil dalam bisnisnya, memiliki banyak karyawan, dan sudah menunaikan ibadah haji.
Lucunya, disaat saya sedang mengagumi dan menyatakan salut saya pada keberhasilan bisnisnya, dia malah menyatakan keminderannya karena gak bisa jadi pegawai negeri sipil seperti saya ( waduuh ... kok?).

Dan malem itu, dipertemuanku yang kedua dengan Iroh, dia membuat maklumat. "Lin, saya akan berusaha sekuat tenaga, supaya 2 anak saya ini tidak meneruskan usaha saya. Dia harus jadi pegawai !"
Gubraaak ! dunia terasa berputar-putar. Kenapa jadi begini ?
Disaat saya sedang gelisah karena naluri bisnis memanggil-manggil, disaat saya sedang resah karena saya ingin memiliki bisnis yang berhasil supaya dapat diwariskan kepada anak-anak, justru seorang yang telah berhasil bisnisnya malah tidak ingin mewariskan bisnisnya pada anak-anaknya.

"Mengapa rumput tetangga terlihat lebih hijau ?"

1 komentar:

percetakan pandu mengatakan...

Rumput tetangga selalu terlihat lebih hijau. itulah ungkapan yang paling pas.
Seandainya kita bisa bertukar tempat 1 atau 2 bulan saja dengan profesi rekan kita, maka akan lengkaplah pemahaman kita tentang hidup ini. Kita menganggap sesuatu enak karena sebenarnya kita belum tahu secara mendalam, atau inikah ujud dari kekurangsyukuran kita atas apa yang kita peroleh, mudah-mudahan bukan.
Banyak orang ingin menjadi terkenal, tapi setelah terkenal dia menyesal karena sesungguhnya menjadi terkenal itu tidak menyenangkan. banyak artis atau pejabat tinggi yang harus menyamar ketika ia ingin berbelanja di pasar.
Oleh karena itu, kuncinya adalah : "Pahamilah profesi yang akan kita masuki, renungi filosofinya, syukuri ketika mendapatkannya" sebab banyak diantara kita yang menjalani profesi karena "kecelakaan"....